Siang itu disekolah, aku sedang menikmati lamunanku. Tiba tiba, Ruli menelponku. Ia meminta agar aku menemuinya di ruangan komputer. Aku pun segera datang menemuinya.
Ternyata, ia sedang mencari teman cerita untuk mengusir rasa bosannya. Ia bercerita panjang tentang pengalamannya melihat celana dalam gadis. Aku terkejut dengana apa yang ia katakan itu, namun aku juga merasa penasaran. Ia bilang jika melihat celana dalam itu kesenangannya hanyalah pada saat awal, jika sesudahnya dirimu hanya akan menyesal. Aku tidak terima dengan statement bodohnya tersebut, aku yang mendengarnya saja sudah merasakan ketagihan, apalagi jika sempai melihat itu secara langsung.
"Jadi, kamu benar2 tidak percaya dengan apa yang saya ceritakan tadi?" tanya Ruli.
"Ya jelas enggak lah" bantahku.
"Baiklah, sepertinya aku harus melakukannya kali ini" balasnya.
"Maksudmu?" tanyku heran.
"Sudah kamu diam saja, duduk dan nikmati" jawabnya dengan nada mengeluh.
Tiba tiba dia menelpon Rei dan memintanya untuk bergabung bersama kami. Tak berapa lama dia pun datang.
"Ada perlu apa sih?" tanya Rei heran.
"Ini, si Dahlia gak percaya masalah rasa yang kita rasakan saat melihat celana dalam para gadis" jawab Ruli.
"Oohh masalah itu, sebaiknya kamu tidak usah melakukannya deh Dahlia. Dari pada nantinya kamu akan menyesal" ujar Rei menasehatiku.
"Bodo! Aku gak akan pernah percaya sebelum aku sendiri yang membuktikannya" jawabku kasar.
"Ruli, apakah kamu belum menceritakan padanya?" tanya Rei ke Ruli.
"Percuma ngejelasin ke orang yang keras kepala, sama saja kayak ngomong ke tembok" sahut Ruli.
"Emangnya kenapa sih? Aku mau liat sekarang!" pintaku geram.
"Apakah kamu benar2 yakin?" tanya Rei.
"Sangat yakin!" bentakku.
"Baiklah Rul, sepertinya kita harus tunjukkan rasa itu kepadanya" ujar Rei.
"Yaa mau gak mau. Kamu telpon ketua osis kita, sementara aku menyeting tempat ini" jawab Ruli.
Tak berapa lama kemudian, adik ketua osis yang terkenal lolly itu lun datang ke kelasku dengan marah-marah. Entah apa yang Rei lakukan, aku hanya mengikuti alur mereka saja.
"Entah kenapa, internet kami tidak berfungsi. Padahal kami telah menghubungkannya ke kabel serat optik sekolah" Ujar Rei meringis.
"Iya, kami telah yakin kalau kami telah menghubungkkannya. Namun masih saja tetap tidak mau terhubung ke internet" sambung Ruli.
"Ahh kalian ini, sungguh merepotkan saja sampai-sampai memanggikku dan meninggalkan rapat osisku" omel adik ketua osis.
"Yaa kami tidak tau harus menghubungi siapa lagi, karna kami cuma tau kamu yang ahli di bidang ini. Lagian kami ada hal yang sangat penting, kami harus memasukkan laporan kami" jawab Rei.
"Ahh kalian ini" eluh adik ketua osis.
Ia lalu mencari port hub seraya menarik dan mencari alur kabel serat optik sekolah kami.
"Gottcha" ujar adik ketua osis.
"Hah, kok bisa sampai di atas situ?" tanyanya heran.
"Wah, itu kami tidak tau. Kami juga baru memakai ruangan ini" jawab Ruli.
Kemudian adik ketua osis itu menyuruhku mengambilkan tangga dan menyuruhku memeganginya selagi ia memanjat untuk menghubungkan serat optik itu ke port hub sekolah kami.
Setibanya ia di atas, Rei berbisik lembut di telingaku.
"Inilah golden timenya, sekarang lihatlah keatas. Kau akan tau bagaimana rasanya" bisik Rei.
Seketika aku melihatnya keatas. Jelas saja aku terkejut ketika yang aku lihat adalah celana dalamnya.
"Akhirnya.. Selesai juga. Sekarang, coba test koneksinya. Apakah terhubung?" tanya adik ketua osis kepada Rei.
"Ya, sudah terhubung. Kau bisa turun sekarang" jawab Rei.
"Lain kali cobalah untuk tidak merepotkan orang lain" kata adik ketua osisku meninggalkan kami.
"Ya, maaf telah merepotkanmu. Terimakasih banyak atas bantuannya" ujar Ruli dan Rei.
"Baiklah, aku harus melanjutkan rapat osisku lagi" ujarnya sambil berlari menuju ruang rapat osis.
"Sekarang ceritakan kepada kami perasaanmu sekarang dengan jujur" tanya Rei.
"Sumpah, aku sangat menyesal.." jawabku dengan perasaan menyesal dan terpelongo atas kejadian tadi.
Mereka bedua pun tertawa puas dengan jawaban ku tadi
"Lagian, dibilangin ngeyel sih" ujar Ruli sambil menyentil keningku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar