Selasa, 13 Agustus 2013

Improvisasi

  Siang itu, aku bersama 3R sedang asik bercerita. Tiba2 di sela cerita itu aku jadi kefikiran cara untuk mendapatkan seorang pacar yang romantis itu seperti apa. Maklum terakhir aku pacran saat 3 tahun yang lalu, tepatnya saat aku masih duduk di kelas 3 smp. Aku pun lupa bagaimana caranya bermesraan dan merayu seorang gadis.

  "Oi, menurut kalian gimana sih caranya untuk memikat seorang gadis dengan cara yang romantis itu?" kataku.

  "Mudah saja, apa perlu kita praktekkan?" jawab Rei.

  "Ya" ujarku.

  "Oke, anggap saja Rully adalah seorang gadis yang masih dikelas sendirian apa yang kau lakukan?" tanya Rei.

  "Hah, jadi ini simulasi ceritanya?" aku bertanya kaget.

  "Gak usah banyak omong, lakukan saja peranmu" bentak Rei.

  Akupun melakukan peran yang tak aku ketahui, begitu pula jalan ceritanya.

  Rully mulai memperagakan seolah olah dia benar2 gadis yang masih tinggal sendirian di kelas.

  "Hei, apa yang sedang kau lakukan?" tanyaku memerankan cerita.

  "Sedang merapikan buku2 ini" jawab Rully layaknya seorang gadis.

  "Huh, Sini biar aku bantu" ujarku dengan gaya sok keren.

  "Ya, ini silahk" jawab Rully. Belum sempat Rully menjawab, tiba2 Rian datang membuka pintu yang memerankan seorang guru.

  "Hei Dahlia, apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau belum pulang? Apa kau ingin meminta pelajaran tambahan dariku?" tanya Rian yang layaknya seorang guru.

  Aku yang terkejut dengan set yang mendadak ini tidak dapat berbuat banyak selain hanya menahan emosi.

  "Apa apaan ini woi! Jangan ganti jalan cerita seenaknya dong!" ujarku.

  Melihat jalan cerita tadi aku jadi kurang semangat.

  "Yah, game over tuh" keluh Rei.

  "Bodo! Ulang lagi lah!" pinta ku.

  Kali ini Rully tetap memerankan seorang gadis yang masih dikelas.

  "Hei, sedang apa?" tanya ku.

  "Merapihkan berkas pak Yoshitake" jawab Rully.

  "Boleh aku bantu?" tanya ku lagi.

  "Huh, kau ini menyebalkan sekali. Ini" jawab Rully layaknya gadis ketua kelas.

  Tiba2 Rian datang dengan set yang berbeda lagi. Kali ini ia memerankan gadis ketua osis.

  "Oi Dahlia, jangan lupa latihan basket hari ini jam 3 sore" ujar Rian.

  "Woii bisa nggak gak usah ganti jalan ceritanya sesuka hati?!" teriak ku kesal.

  "Oi, improvisasi itu lebih penting dari pada pembawaan karakter tau!" bentak Rei.

  "Sudahlah Dahlia, percuma. Sudah kuduga kau tidak akan bisa deh" sambung Rei.

  "Iya, lagian aku juga sudah capek. Pengen pulang nih" keluh Rully.

  Disitu aku hanya bisa termenung sesaat. Meresapi perkataan teman2 ku yang merendahkan ku.

  "Bodo! Ketua kelas, mau kemana kau" tanyaku sambil memegangi tangan Rully.

  "Apa apaan? Aku bukan ketua kelas lagi. Aku sudah jadi Rully setan" ujar Rully.

"Terserah" ujarku sambil menarik tangan Rully.

  Aku menarik tangan Rully berkeliling rumahku. Layaknya berlari dilapangan untuk mengajaknya ke spot terindah untuk menikmati sunset.

  "Bagus sekali Dahlia! Kalahkanlah rasa malumu! Kalahkanlah perasaan tsunderemu itu! Abaikanlah gadis cantik yang jutek murid pindahan dari sekolah lain itu! Teruskan Dahlia!" teriak Rei, layaknya sedang memotivasiku.

  Aku akhirnya melepaskan tarikan ku tepat di kamarku lagi. Dengan nafas yang terengah engah aku mengatakan hal yang tak pernah aku terfikirkan.

  "Sudah lama sekali aku ingin mengajakmu melihat ini" ujarku sambil menunjuk ke arah sunset.

  Entah setan apa yang ada di fikiran ku saat itu, tapi itulah yang keluar dari mulut ini.

  "Waw, hebat dahlia, kuyakin kau pasti bisa banyak memikat para gadis dengan cara ini" sanjung Rei atas improvisasiku.

  "Ya, kurasa juga begitu. Tapi sayangnya, kan disekolah kita muridnya pria semua" Lirih ku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar