Kriiiiiiiiinnnggggg!!!!!!!!!!! Bel sekolah berbunyi. Aku mempercepat langkah ku menuju ruang kelas, takutnya pelajaran sudah mulai.
"Hoi Zaki" Panggil genta.
"Ada apa?" Sahut ku.
"Kamu sudah mengumpulkan form kegiatan klub mu? Sebentar lagi deadline" Tanyanya lagi.
"Ah, aku lupa" Jawab ku sambil menghela nafas.
"Yah.. Seperti biasa tuh" Celetuk Rena.
"Mau bagaimana lagi, lupa" Ujar ku.
Tiba-tiba pak Hiramoto memotong pembicaraan kami.
"Zaki, kau belum mengumpulkan form klub mu" Ujarnya.
"Yah.. Anuu.. Saya belum sempat untuk mengisinya" Jawab ku.
"Memangnya apa kegiatan mu? Apakah pekerjaan rumah mu terlalu banyak?" Tanyanya lagi.
"Ah tidak, aku hanya belum sempat mengisinya" Jawab ku.
"Jadi kesibukan mu apa? Saya tau kamu tidak pernah selalai itu untuk mengisinya. Jangan-jangan kamu kerja part time lagi?" Tanyanya tegas.
"Tidak kok" Jawab ku takut.
"Akui sajalah Zaki" Potong Genta.
"Akui apanya?! Aku memang lupa! Mau percaya atau tidak, itu ursan kalian!" Jawab ku kesal sambil meninggalkan mereka.
Aku menuju tempat favorit ku untuk menenangkan diri saat disekolah. Tempat biasanya aku menghabiskan bekal makan siang ku. Yaitu dak atas gedung.
Dari sana, aku bisa merasakan sedikit ketenangan untuk pikiran ku. Entahlah kenapa semuanya bisa serumit ini. Itu hanyalah form kepesertaan klub sialan yang hanya bisa merepotkan aku saja.
"Kenapa tidak kamu akui saja?" Ujar seseorang dari belakang ku.
Ternyata itu adalah Maeda. Salah seorang teman sekelas ku. Dia adalah gadis yang pendiam di kelas, namun sangat perhatian terhadap ku. Aku sejak kecil sudah berteman sejak dia, jauh sebelum aku berteman dengan Rina, Rena, Maki, Genta, dan Rey.
"Ah ternyata kamu Maeda" Keluh ku.
"Tidak mudah memang untuk melakukan dua hal diumur kita seperti sekarang ini. Disaat kau harus melakukan kerja part-time mu dan harus menjadi seorang siswa yang tak luput dari tugas. Namun tidak kah kau sadari bahwa kau sedang ditempa untuk menjadi seorang calon ayah yang bijak? Yang telah mengalami semua hal kesulitan dan kau akan menceritakan pengalaman mu itu ke anak-anak mu?" Nasihatnya kepada ku.
Ternyata untuk umur seperti sekarang, tak hanya cantik dia sangat berfikir maju dari pada aku. Aku tidak pernah menyangkanya jika dia akan menjadi gadis yang seperti sekarang. Dia yang dulunya hanya bisa menangis, dia yang dulunya terus-terusan di bully, dia yang dulunya hanyalah aku sebagai pembelanya.
Entahlah apa yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Aku tak pernah tau. Mungkin karna dia telah mengalami semua kesulitan yang aku alami lebih dahulu. Bahkan tak jarang dia datang ke rumah ku untuk membantu ku mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas ku. Aku merasa seolah-olah Tuhan mengirimkan aku seorang peri.
"Aku tau, tapi mereka tak perlu menyudutkan aku seperti tadi" Jawab ku masih sedikit kesal.
"Ini makanlah. Aku sendiri yang membuatnya. Aku harap perasaan mu menjadi baikan" Ujarnya sambil memberikan sesuatu pada ku.
"Apa ini?" Tanya ku heran.
"Buka saja, aku harap kau masih menyukainya" Jawabnya.
Ternyata itu adalah salah satu makanan favorit ku. Entah bagaimana dia masih mengingatnya. Itu adalah roti kukus. Dulu ia sering mengajak ku kerumahnya untuk menyantap roti kukus buatan ibunya. Saat aku makan roti kukus buatan ibunya, sontak saja aku layaknya orang yang belum makan berhari-hari. Namun, sekarang orang tuanya sama seperti keadaan orang tua ku. Mereka bercerai tanpa adanya kejelasan. Dan sekarang Maeda lebih memilih tinggal berasama ayahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar